JAKARTA, KOMPAS
Tim ilmuwan Indonesia dan Perancis menemukan spesies baru ikan Pelangi di Pulau Salawati, salah satu wilayah kepulauan Raja Ampat. Spesies tersebut diberi nama Melanotaenia salawati, merupakan spesies ke 19 yang ditemukan lewat eksplorasi biodiversitas di kawasan ekoregion Kepala Burung Papua, dimana Raja Ampat masuk di dalamnya. Penemuan dipublikasikan di "International Journal of Ichtyology Cybium yang terbit bulan ini.
Kadarusman, salah satu anggota tim peneliti dan dosen Akademi Perikanan Sorong dalam surat elektronik yang diterima Kompas, Minggu (11/12/2011), mengatakan, Melanotaenia salawati tepatnya ditemukan di Sungai Doktor, bagian barat Pulau Salawati, berjarak 64 km dari Sorong. Sungai tempat ikan pelangi tersebut ditemukan memiliki air yang oleh masyarakat setempat dianggap bisa menyembuhkan beragam penyakit sehingga disebut Sungai Doktor.
Melanotaenia salawati memiliki warna tubuh yang indah. Tubuhnya dibalut dengan warna ungu pada bagian punggung dan lembayung ungu pada hipural ekor. Tutup insangnya punya warna emas dan noktah hijau. Sementara, bagian perut hingga akhir sirip ekor berwarna violet dengan noktah biru di gurat sisi serta warna biru tua di tubuh bagian belakangnya.
Ikan Pelangi Salawati memiliki kekerabatan dengan jenis Melanotaenia fredericki yang banyak ditemukan di sungai besar Warsamson, Sorong. Jenis ikan tersebut juga memiliki kekerabatan dengan Melatotaenia batata yang ditemukan di Pulau Batata. Ketiganya memiliki corak warna tubuh yang hampir serupa.
Semula, Ikan Pelangi Salawati sempat dianggap hanya varietas dari Melanotaenia fredericki. Namun, analisis membuktikan bahwa keduanya adalah spesies yang berbeda. Ikan Pelangi Salawati terpisah dengan moyangnya saat terjadinya kenaikan muka air laut 10.000 - 20.000 tahun silam, menggenangi sungai kuno di Sorong dan Pulau Salawati.
Penemuan Ikan Pelangi Salawati hanya berselang setahun dengan penemuan spesies baru Melanotaenia fasiensis dan Melanotaenia ajamaruensis. Ikan Pelangi Salawati juga merupakan spesies ke 19 yang ditemukan. Hal ini semakin meneguhkan bahwa Kepala Burung Papua memiliki biodiversitas dan tingkat endemisitas tinggi.
Sudarto, anggota tim peneliti dari Balai Riset Budidaya Ikan Hias Depok mengungkapkan bahwa salah satu pusat biodiversitas ikan pelangi di Kepala Burung Papua adalah kawasan karst Ayamaru di Sorong Selatan dan karst Lengguru di Kaimana. Ikan pelangi di wilayah tersebut memiliki warna yang lebih bervariasi, didominasi warna terang.
Sementara itu. Laurent Pouyaud dari Institut de Recherche pour le Développement, Perancis, mengatakan bahwa temuan Ikan Pelangi Salawati juga menandakan tantangan baru dalam sains. Biodiversitas di Kepala Burung Papua menanti untuk diteliti dan diungkap keberadaannya. Salah satunya di Ayamaru yang diduga menjadi metropolitan genus Melanotaenia.
Penemuan Melanotaenia salawati adalah hasil kerjasama Akademi Perikanan Sorong, Balai Riset Budidaya Ikan Hias Depok dan Institut de Recherche pour le Développement, Perancis. Sejak tahun 2007, tim peneliti telah menginventarisasi potensi keragaman ikan pelangi Papua untuk studi taksonomi, domestikasi, konservasi dan evolusi.
Data sementara dari analsis molekuler menunjukkan tingginya potensi megabiodiversitas ikan pelangi di Papua. Bagi pemerintah, potensi ini mesti ditanggapi dengan mendukung upaya penelitian lebih lanjut. Potensi terkait budidaya ikan hias juga harus disebarkan ke masyarakat. Ikan pelangi merupakan salah satu ikan hias populer di seluruh dunia, kecuali Afrika.