Sejarah mencatat kalau Sulawesi Selatan pernah menjadi produsen udang windu terkemuka di tahun 1980-1990. Namun karena serangan penyakit yang disebabkan oleh virus di awal 1991 menyebabkan ribuan hektar tambak udang di Sulsel mengalami gagal panen. Selanjutnya produksi udang windu terus merosot dan sulit untuk bangkit kembali.
Untuk mengembalikan masa keemasan udang windu maka Australian Centre for International Agricultural Research (ACIAR) kerjasama dengan Balai Budidaya Air Payau (BBAP) Takalar Sulawesi Selatan mengembangkan teknologi Basic Management Practis (BMPs) di kabupaten Pinrang, Pangkep dan kabupaten Sinjai.
Koordinator ACIAR untuk Asia, Dr. Richard B. Callinan mengatakan proyek kerjasama Australia dengan Indonesia bertujuan untuk meningkatkan produktifitas udang windu. Di Sulawesi Selatan kerjasama tersebut sudah berjalan dua tahun yakni tahun 2008-2009 di kabupaten Pinrang dan Pangkep. Untuk tahun 2010 dilanjutkan di kabupaten Sinjai.
"Sudah dua tahun berjalan tentu ada yang sukses ada juga yang gagal, kegagalan itu sebagai pengalaman mengapa bisa gagal sehingga kita akan cari solusinya," kata Dr. Richard B. Callinan di hadapan peserta Training BMPs untuk petugas teknis dan penyuluh perikanan di BBAP Takalar, belum lama ini.
Dipilihnya udang windu sebagai komoditi unggulan yang harus dibangkitkan karena identik dengan kegiatan masyarakat petambak Sulawesi Selatan. "Walau banyak masalah di udang windu petani tetap membudidayakan karena sudah menjadi tradisi di daerah ini," kata kepala BBAP Takalar Sugeng Raharjo, A.Pi.
Teknologi BMPs yang dikembangkan ACIAR pada intinya mengikuti kaidah-kaidah cara budidaya ikan yang baik dan ramah lingkungan.
Sumber: sinartani
1 komentar:
siapa penulis blog ini..? penting
Posting Komentar