Pages

Harga Rumput Laut Tinggal Rp 3.000 Per Kg

TAKALAR, KOMPAS.com -  Harga jual rumput laut di tingkat pembudidaya terus menurun dalam sebulan terakhir. Kondisi tersebut disebabkan menurunnya kualitas hasil panen akibat tingginya intensitas curah hujan belakangan ini.

Sejumlah pembudidaya di Desa Laikang, Kecamatan Mangarabombang, Kabupaten Takalar, 64 kilometer arah selatan Kota Makassar, Sulawesi Selatan, mengatakan, rumput laut jenis Eucheuma cottonii yang basah dijual Rp 3.000 per kilogram (kg).

Adapun harga rumput laut yang kering hanya Rp 6.000 per kg. Padahal, bulan lalu harganya Rp 10.000-Rp 12.000 per kg.

Kondisi cuaca yang tidak menentu menyebabkan harga beli di tingkat pembudidaya lebih rendah dibandingkan dengan harga pasar. Selain mengganggu proses pengeringan, tingginya curah hujan menghambat pertumbuhan rumput laut di beberapa titik perairan.

Rumput laut merupakan salah satu komoditas andalan Sulawesi Selatan dengan produksi 2,1 juta ton pada 2010, yang tersebar di antaranya di Takalar, Bantaeng, Barru, Palopo, Bone, dan Pangkep. Jenis rumput laut yang dibudidayakan ialah Eucheuma cottonii dan Gracilaria verucosa.

Muhammad Kasim (34), pembudidaya di Dusun Puntondo, Desa Laikang, mengatakan, rumput laut cukup rentan terhadap perubahan cuaca. " Jika salah memprediksi cuaca, kemungkinan besar akan gagal panen," ungkapnya.

Ketika curah hujan tinggi, air laut bercampur dengan air tawar sehingga salinitas berkurang. Situasi tersebut mengurangi produktivitas rumput laut yang dihasilkan saat panen. Dalam kondisi curah hujan tinggi, hasil panen hanya empat kali lipat bibit. Jumlah itu hanya separo dari potensi panen yang bisa diperoleh saat musim kemarau.

Nilai tambah
Upaya untuk mengolah rumput laut agar memiliki nilai tambah hingga kini belum dapat diterapkan karena pembudidaya belum memerhatikan kualitas rumput laut. Padahal, rumput laut yang diolah setengah jadi menjadi chips bisa dijual hingga Rp 60.000 per kg.

Anti (18), warga Dusun Boddia, Desa Laikang, mengatakan, warga umumnya belum mengetahui mekanisme dasar dalam pengolahan rumput laut. Selama ini mereka langsung menjual rumput laut kering ke pengepul.
Warga masih banyak yang terburu-buru menjual rumput laut karena desakan ekonomi, ujarnya.

Menurut Kepala Bidang Perikanan Budidaya Dinas Kelautan dan Perikanan Sulsel, Sulkaf Latief, usaha rumah tangga pengolahan rumput laut memang belum tumbuh. Pengelolaan komoditas ini umumnya langsung ditangani pabrik pengolahan besar.

Di Indonesia, pengolahan Gracilaria verucosa dikuasai lima perusahaan besar, namun belum ada pabrik pengolahan yang berada di Makassar. "Pada masa mendatang warga diharapkan bisa memberi nilai tambah pada rumput laut agar keuntungan mereka lebih tinggi," ujar Sulkaf. (Aswin Rizal Harahap/Maria Serenade Sinurat)

0 komentar:

Posting Komentar


free web counters