Ikan tuna kualitas terbaik lebih banyak diekspor ke Jepang.
BANTAENG, KOMPAS.com — Industri pengolahan ikan PT Global Seafood Internasional Indonesia, Kabupaten Bantaeng, Sulawesi Selatan, mengekspor sekitar 20 ton produk surimi dan ikan fillet ke Jepang, Sabtu (23/4/2011), dengan menggunakan kontainer berpendingin dengan suhu minus 20 celsius.
Kendati bencana tsunami melanda Negeri Sakura tersebut, tetapi hal itu tidak memengaruhi permintaan ekspor surimi dan ikan fillet dari industri pengolahan ikan yang berdiri di Kabupaten Bantaeng ini.
"Sebelumnya sudah ada 13 kontainer yang telah dikirim ke Jepang. Surimi yang berbahan dasar ikan kurisi, sarden, dan ikan terbang ini menjadi bahan baku utama untuk pembuatan kamaboko, fish ball, nugget di Jepang," ujar Production Manager PT Global Seafood Internasional Indonesia, Afandy.
Tingkat kebutuhan surimi di Jepang, lanjut Afandy, masih cukup tinggi. Karena tingginya permintaan produk makanan berbahan dasar ikan, pihaknya kesulitan memenuhi permintaan. Kurangnya bahan baku akibat faktor cuaca dan musim merupakan salah satu penyebab sulitnya memenuhi permintaan.
"Untuk menyiasati hal ini, kami mulai mencari bahan baku dari jenis ikan lain yang sumber bahan bakunya cukup. Selain itu, kami juga mulai mendiversifikasi produk selain frozen surimi, seperti frozen fish pelagis dan demersal, frozen octopus (gurita), fillet ikan," jelasnya.
Selain produk surimi dan ikan fillet, pengolahan ikan ini juga rencananya akan mengolah tuna beku dan khusus segmen pasar dalam negeri. Produk ini rencananya akan dipasarkan dengan produk fish ball atau bakso ikan. Untuk pengolahan ikan, pihak PT Global Seafood Internasional Indonesia mempekerjakan lebih kurang 100 karyawan yang merupakan penduduk asli Kabupaten Bantaeng.
0 komentar:
Posting Komentar